Dewi Ibu
Setiap
seorang ibu memiliki cinta yang murni
serta alami dalam hatinya terhadap anaknya. Dia memiliki jiwa yang kuat, jika
anaknya jauh dari dirinya terkadang meneteskan air mata sebagai tanda kesedihan
dan seakan-akan ada yang hilang dari dirinya. Maka, tak heran banyak orang tua
yang rela sakit-sakitan demi untuk kebahagiaan, kesuksesan, dan kemandirian
seorang anak.
Mungkin
pembaca sering mendengar bahwa surga ada di bawah telapak kaki ibu. Dan itu
memang benar sekali karena mereka telah mengorbankan untuk anaknya namun ketika
anak jadi besar sang anak terkadang mereka tak menghargai jasa merekka. Maka,
ancaman anak seperti ini adalah neraka.
Nah,
ketika kita membincang seorang ibu maka, tak akan ada henti-hentinya dalam hal
kebaikan. Mulai sejak manusia diciptakan, maka ketikaa itu pula topik
perbincangaan ini dimulai. Kita bisa melihat di kalangan penyembah pagan
dikalangan barat ketika agama samawi turun patung-patung ibu dipertuhankan
sebaagai dewa kesuburan, begitu pula di mesir, romawi, yunani, dan mesopotamia.
Mereka semua mengkultuskan satu person ini dengan membuatkan patung, namun jika
kita melihat seorang bapak mengapa tidak ada. Itu karena kemuliaaanya seorang
ibu. Didalam islam mungki jika seandainya tidak ada tuhan yang hakiki maka
manusia akan menyembah yang namanya ibu..
Namun,
bagaimana dengan di zaman yang sebagaian besar oraang mempersepsikan sebagai
zaman modern. Apakah mereka tetap menghargai yang namanya Ibu. Bisa iya bisa
tidak, dan kemungkinan banyak yang tidak. Banyaak sekali contoh kasus yang bisa
kita jadikan sebagai variabel. Kita bisa melihat disiaran televesi swasta
berteriaak-teriak menyiarkan tetantang
penganiayaan seorang anak terhadap ibunya, bahkan pembunuhan karena sang anaak
tidak di kasi uang jajan. Seorang anak yang mengusir ibunya(orang tuanya) dari
rumahya, karena mereka sudah kaya, ada
yang memindakan rumahnya(orangtuannya,red) ketempat yang lain karena sang anak
dan mertua mau membangun rumah besar di lokasi rumah orang tuanya, ada yang
terpaksa memingdahkan kuburan ibunya karena lokasi tersebut mereka jual demi
untuk proyek. Dimana penghargaan kalian?
Kemudian
ada mahasiwa yang setiap bulan dikirimkan uang ratusan bahkan jutaan perbulan
kaatanya untuk pembayaran namun yang terjadi adalah mereka menghambur-hamburkannya,
mereka tidak pernah memikirkan seorang orang tua setiap hari mencarikaan biaya
kuliahnya demi untuk kesuksekan anakanya, mencari rezki dengan keringat
membasahi baju mereka, jika panas matahari pun menyengat kulitnya sehingga
kusam, jika hujan turun mereka berbasah-basahan dengan semangat bahwa mereka
mampu menjadikan anak itu lebih baik dari kondisisnya sekarang, mereka hanya
mau melihat anaknya tersenyum di atas podium memakai toga. Namun apa yang
terjadi, kebanyakan mahasiswa tidak pede ketik kembali kekampung, mereka malu
ketika disuruh ke sawah dengan alassan bahwa mereka mahasiswa emang mahasiswa
tidak boleh mengerjakan tanah?
Setiap
bulan, mobil yang menjadi langganan selalu terparkir pada tengah malam di halte
itu. Membawa sesuatu, apa itu? Beras,
ikan, kue, uang dan yang lainnya. Untuk apa? Untuk menyambung kehidupan anaknya
yang ada di makassar yang begitu keras. Setiap bekerja mereka hanya memikirkan
tanggal pengiriman barang, dan kebutuhan anaknya, mereka tidak memikirkan tentang
makanan setiap harinya, mereka jarang memakai baju baru, ketika ada tetangga
yang bertanya kepadanya dia hanya bilang apa yang aku bisa kirimkan anakku jika
akau membeli ini. Ketika datang ke pasar, senantiasa terbayang baju baru yang
akan dia kenakan di depan suaminya. Namun ternyata, setiap kali berhadapan
dengan pembeli uangnya pun kembali masuk ke dompet, karena memikirkan anaknya
yang jauh itu.
Tetapi,
setelah anak itu sukses mereka hanya memperhatikan kebutuhannya sendiri, mereka
jarang berpikir tentang pengorbanan ibunya ketika kuliah. Dia jarang membelikan
makanan yang ia sukai, yang enak-enak, membelikan baju yang menjadi impiannya
setiap kali ke pasar ketika sang anak masih menjadi maahasiswa. Mereka hanya
berpikir tentang kesuksesannya sendiri. Makan makanan yang menjadi impiannya
ketika jadi mahaisiswa, memakai pakaian mahal. Hasil kerjaanyaa sendiri,
seakan-akan mereka mendapatkannya itu semua karena atas jerih payahnya sendiri.
Betul-beetul keedurhakaan yang terkadanga tak kita sadari.
Ketika
sudah mendapatkan istri, betul-betul sang ibu telah terabaikan dengan sangat
jauh. Mereka tinggal di rumah mertua,
kemudian setelah mendapatkan uang yang cukup untuk membangun rumah. Maka, sang
anak pun mencoba untuk memindahkan rumah yang lama(rumah orang tuanya, red)
kebelakang rumah yang akan dibangun, ini sebenarnya pelecehan terhadap orang
tua, anak tak berterima kasih. Seakan-akan sanng anak tidak mau di ganggu oleh
orang tuanya termasuk makan bersama sang orang tua dengan istrinya.
Kita
mungkin lupa dengan kisah tentang orang tua
renta dengan kedua anaknya yang di arab saudi, harus berurusan dengan
pihak pengadilan atau mufti(haki). Maslahnya adalah sang anak bertengkar karena
maasalah pengasuhan orang tua. Anak yang tua telah lama mengasuh orang tuanya
itu, kemudian sang anak ke dua datang untuk mengajak orang tuanya pula
bermaalam ke rumahnyaa. Namun sang anak yang tidak mau. Terpaksa berurusan
dengan hakim. Namun sang hakim memutuskan merka harus megasuhnyaa secara
bergantian. Namun apa yang dikatakan sang orang tua kepada anaknya yang lebih
tua “ anakkku ini adalah mata kananku”.
Saya
juga teringat kisah dari negeri matahari. Konon disana dulu ada tradisi
membuang orang tua yang telah tua renta ke
hutan, jika tak di lakukan tentunnya akan menjadi cemohan masyaarakat.
Namun ada seeorang orang tua yang hidup bersama dengan anaknya yang muda.
Ketika tiba masa pembuangan oraang tuanyaa maka sang pemuda mengantarkan
ibunyaa ini ke hutan sambil tersedu-sedu
dengan menggendongnya karena sang ibu sudah tidak bisa jalan. Maka ketika sang
pemuda memasuki hutan sang ibu ini setiap mendapatkan ranting pohon mereka
membuangnya ke jalan maka ketika tiba tempat yang menjadi pembuangaan itu. Maka
sang ibu mengatakan jika kamu hendak pulang maka ikutilah potongan-potonga kayu
itu karena aku telah menandai jalan itu supayaa kamu tidak tersesat nanti jika
kamu mau kembali kerumah. Maka sang pemuda pun menangis dengan kerasnya dan
mengendongnya kembali ke rumahnyaa. Nah, dia sadar bahwa bagaimana besarnya
cinta seorang ibu terhadap anaknya meskipun mereka mau di perlakukan dengaan
kasar oleh anaknya.
Namun
aku juga punya kisah tersendiri, ketika aku pulang kampung. Disaat orang tuaku sibuk bekerja di sawah. Maka
dia pun menelepon aku dengan suara yang
rendaah. Aku pullang unntuk membantu mereka. Mmerontok padi, itulah pekerjaan
yang betul-betul berat. Karena dimana anggoota yang di butuhkan jiga tdak
cukup. Namun setap aku duduk istirahat aku sering bercerita barang yang aku
akan beli. Dan itu mahal menurut ukuran keluarga aku. Akupun juga tak tega
memaksakan membeli barang itu karena memberatkan buat mereka yakni laaptoop.
Aku teringat merontok padi bersama saya, ibu, bapak, yang mana biasanya
dikerjakan oleh enam orang. Nah disini aku menangis sambil bekerja.................
Mangasa
22 april 2012
0 Response to "Dewi Ibu"
Posting Komentar