Cinta Tak Terbalaskan
Aku tak tahu harus memulai darimana ini ceritaku. Pena ini seakan
mulai tajam, tapi kertas itu semakin sempit. Ide yang muncul tak mampu
menampung kisahku yang sebenarnya, meskipun kata-kata ini hanya segelintar
rongsokan huruf yang tak mampu mewakili sepenunya perasaan dan jiwaku yang
dihinggapi rasa gila karena bunga yang indah.
Aku kembali setelah pembekalan pada hari sabtu sore, dari kampus
namun hati ini tak pernah tenang. Aku tak mengerti ada apa sebenarnarnya yang
terjadi, ada yang yang ingin aku katakan namun penuh dengan pertimbangan.
Sehingga jasad ini letih dan terkulai diatas bantal berlapiskan plastik. Aku
berbaring, namun dalam posisi tidur dan tidak seperti kata orang bugis
“tinro-tinro manu”:tidurnya sama seperti ayam. Badan bolak balik namun, tak
tahu kenapa, sehingga rasa letih itu tak mampu hilang.
Setelah aku sedikit mengarungi dunia mimpi. Mata ini kembali
dibangunkan dengan sesosok tubuh yang muncul tiba-tiba dari balik pintu kamar
itu. Tak ada suara, senyap, sunyi, namun wajah itu menoleh kepadaku dengan
senyum yang aku agak kenal. Mataku sedikit perlahan menepis rasa kantuk
sehingga bayang-bayang itu sirna dan muncullah wajah itu dengan jelas.
“ahhhh...” kataku
“kau pale surahman, aku kira siapa, mana agus?” kataku lagi
“ itu diluar”? kata sur..
“panggil masuk, Agus.......” kataku sambil berteriak namun suara
agak sumbang karena kepala masih bersandar diatas bantal.
Mereka tiba di
kost beberapa saat setelah magrib. Aku tak tahu dia datang untuk apa. Tapi
setelah aku bercerita, dan sedikit curhat aku telah tahu maksudnya. Mereka
ingin melihat kondisiku yang sakit karena virus merah jambu. Sedikit demi
sedikit aku mencurahkan perasaanku apa yang sebenarnya yang aku alami, meminta
saran namun terkadang aku menolak sendiri dengan lantang. Memberitahukan
pertimbanga-pertimbangan yang jauh kedepan meskipun aku meminta maaf karena
terlalu pesimis dengan apa yang akan aku putuskan terhadap dia.
Seiring
berjalannya waktu, suara adzan berkumandang dimana-mana. Rasa kegelisahan
semakin membuncah dan tak tertahankan. Rasa kerinduan itu sekan mau pecah.
Kepala tak mampu menampung apa yang dipikirkannya. Hati itu memang masih bisa
bertahan dalam tamengnya namun mata ini tak mampu menahan dari serangan
serangan bulir-bulir air mata yang senantiasa mengalir dalam kubangan mata yang
rindu. Mata ini tak pernah berhenti menjamah tetesan-tetesan air yang
berjatuhan dari celah-celah bola mataku. Mengalir begitu saja disertai dengan
pikiran wajah sesorang yang begitu diimpikan namun tak tahu mengapa dia mencintainya. Aku sudah berusaha menjauh
namun wajahnya senatiasa bergelantungan dimana-mana. aku tak mampu mendefenisikan
apa yang aku rasakan pada waktu itu. Aku hanya bisa mengupdate status di
facebook tentang perasaanku “ rindu
sangat # SE, “ meskipun hati ini bisa menahan rasa itu, namun bulir-bulir air mata itu tak mampu dibendung” itu mungkin
kata-kata yang di share dan banyak teman yang komentari, dan aku takut
kemontari karena air mata ini sedang berderai. Aku butuh tempat curhat namun
tak ada yang peduli.
Kemudian
surahman dan agus beranjak untuk pulang, untuk menemui seseorang yang katanya
sangat membutuhkannya disana. Aku katakan jangan dulu pulang aku masih butuh
tempat curhat dan akupun ketakutan disini sendiri dalam kesunyian hanya ditemani
tikus-tikus berlarian dibelakang lemari. Namun mereka tetap tak peduli, tetap
saja deru langkahnya menjauh dari pintu itu yang telah mulai hancur kerana
hantaman hujan setiap malam dan siangnya matahari mempaparnya tanpa belas
kasihan. Aku ketakutan bukan karena aku laki-laki penakut namun aku tak tahan
terhadap karena kondisi yang menjauh namun rindu.
Aku juga
terkadang sedikit cemburu dan ragu terhadap dia, aku begitu, bukan karena aku
takut tak dicintai. Tapi, aku dihinggapi sikap itu karena terkadang aku membuka
timelinesnya yang melihat pecakapan yang mesra dengan dia($). Tapi ahh... bukan
hanya itu banyak pertimbangan yang harus aku tempuh untuk tak menyakitinya.
Meskipun dia tak cinta tapi hati ini telah dihingga oleh perasaan cinta
mendalam. Meskipun dia tak mencintaku,
dan jika memang dia mencintai seseorang biarlah... asalkan cinta itu tetap
tumbuh dalam hati ini untuknya, meskipun dia tak tahu. Aku akan mencintanya diam-diam dan dari jarak
yang jauh. Aku masih mengingat perkataan pecinta sejati yaitu para sufi
meskipun sudah agak samar perkataan itu “ biarlah aku tetap mencintaimu, dan
aku akan mencintaimu dari jarak yang jauh meskipun engkau tak tahu, jika engkau
belum tahu, cintaku itu tak akan kuberikan kesempatan pada tuhan untuk mengetahui
cintaku terhadap dirimu”. Aku agak sedikit bingung bingung dengan kata-kata
para pecinta sejati itu bukan karena tak mengerti, tapi aku tak mampu mengukur
cintanya terhadap perempuan itu sampai-sampai tuhanpun tak tahu.
Aku juga pernah
membaca bahwa jika anda ingin mencintai tuhan maka cinatailah perempuan, karena
sifat tuhan banyak terdapat dalam diri perempuan itu. selain itu, aku pernah
membaca sekilas bukunya imam khomeni bahwa “tuhan itu ada diantara dua paha”.
Yang sungguh-sngguh porno jika kita mau menafsirkan dengan akal yang standar,
hanya jiwa-jiwa dan akal yang diberikan ilham mampu mengerti kata-kata itu atau
mungkin tak ada yang mampu paham tentang kata itu selain yang punya perkataan.
Berhenti
sejenak mencari penyanggah perut untuk melanjutkkan ukiran-ukiran ini. Aku
menyusuri lorong –lorong menembus jalan-jalan besar. Lampu-lampu memandangiku
dengan sedikit kasihan terhdapaku, tampaknya mereka juga merasakan apa yang
menimpaku. Memasuki gerbang pasar tuk membeli
sesuatu, dan bermimpi aku bersama dengan dia. Dia memasak makanan yang
paling enak untuk kami dan sesekali aku bertukar profesi sebagi tukang dapur
dan memperlihatkan bagaimana caraku memasak.
Ruang sempit di
lorong mangasa
02 februari
2013
0 Response to "Cinta Tak Terbalaskan"
Posting Komentar