Selamat Datang di Guru Merdeka

Selamat Datang di Guru Merdeka

Modernisme dan Postmodernisme: Manusia Dihidupkan atau Modernisme Menghidupkan

Source Image: robscholtemuseum.nl
Hampir beberapa abad yang lalu kemajuan melewati evolusinya dengan bentuk-bentuk yang paling sederhana hingga kompleks mengemuka. Beberapa penemuan yang menjadi pilar peradaban ditemukan dan diusahakan hadir untuk membantu dan melayani segala kebutuhan hingga keinginan manusia. Metafisika kemudian perlahan tapi menggerogoti direduksi dari cara hidup manusia dalam beberapa abad ini (Indonesia: Man of Zaman Now). Kebutuhan yang mengiming-imingi perfeksi padahal pada dasarnya bahwa banyak hal-hal yang kita anggap "kebutuhan" sebenarnya hanya keinginan yang dipoles menjadi keharusan yang tak boleh pergi. Sehingga manusia abad ini sedang dililit sebuah proses hegemoni yang hampir tak kasat oleh kacamata hati.

Penemuan kata modern diawali oleh sejarah revolusi industri, kata revolusi industri pertama kali dikenalkan oleh Friedrich Engels bersama Louis Auguste Blanqui pada tengah Abad XIX,  manusia awalnya hanya mengenal teknologi paling sederhana. Melihat zaman silam, contoh paling manual dari manusia sejak dahulu biasanya menumbuk atau memproduksi hanya dengan alat-alat sederhana; batu atau bantuan keledai menggiling gandum  menjadi tepung; sebuah cara atau usaha demi meringankan bentuk kerja manual yang menghabiskan waktu dan tenaga manusia sebagai makhluk yang berakal, pada prosesnya memotori usaha-usaha tertentu agar dapat meng-efisiensi-kan kemudahan atas nama peradaban. 

Manusia dengan nalurinya terus berpikir dan menciptakan, hingga tiba pada penemuan lebih maju dari masa sebelumnya, yaitu pada bidang tekstil tahun 1767 ditemukannya alat pemintal benang oleh James Hargreaves yang diberi nama Spinning Jenny. Selanjutnya pada perkembangan ini, hingga Richard Arkwright menemukan alat pemintal benang tenaga air yang menghasilkan struktur benang lebih halus dan sempurna. Tak menunggu lama, pabrik dan industri katun tumbuh sumbur untuk memenuhi permintaan masyarakat Inggris dan negara-negara Eropa kala itu. Dari mesin pemintal benang tenaga uap yang pertama kali ditemukan oleh Thomas Newcomen, mengilhami penemuan mesin tenaga uap yang lebih sempurna oleh James Watt. Watt kemudian akhirnya membuka jalan bagi penemuan kapal uap oleh Robert Fulton dan kereta api penumpang oleh George Stephenson.  

Dalam proses yang sederhana tersebut, hingga selanjutnya mereka mengenal evolusi kemajuan menciptakan mesin tenaga uap hingga menemui penemuan sempurna yaitu listrik. Ketika energi listrik ditemukan maka menginspirasi penemuan-penemuan yang menyertainya. Manusia mencoba mengubah-ubah peradaban ortodoks dan  konservatif, hingga berusaha semaksimal usaha mengupayakan perubahan dan bentuk kebaruan yang memudahkan juga mencerahkan peradaban umat manusia. Dari listrik yang ditemukan, kita mencoba menerangi rumah-rumah dan bumi dari gelapnya malam, sehingga kegiatan produksi dan transaksi tak hanya berhenti di siang hari. Lampu sebagai bentuk penemuan yang mencerahkan memantik sinar baru dalam akal manusia dalam upaya menemukan kemajuan lain. Kita dalam peradaban kemudian membutuhkan hiburan dan penyebaran informasi melalui penemuan mesin cetak oleh Gutenberg, sebagai bentuk evolusi informasi dan teknologi.

Dalam esai ini penulis tidak bermaksud mengurutkan secara kronologis penemuan-penemuan dan item-item spesifiknya dalam sejarah, akan tetapi kita ingin melihat kembali penemuan sejak masa lampau dan hingga yang kita kenal sekarang; seluruhnya sebenarnya menjadi bukti bahwa manusia akan terus menciptakan dan menemukan peradaban-peradaban baru di masa mendatang. Akan tetapi perlu kita meninjau ulang peradaban-peradaban itu kembali sehingga ia dapat disebut sebagai kemajuan yang sesungguhnya. Menginsafi kemajuan berarti kita mampu melihat secara jernih aspek-aspek atau bentuknya yang sesungguhnya. Sebagai contoh, kemajuan teknologi saat ini bersifat bebas nilai (barang atau jasa diciptakan tanpa memperhatikan kembali manfaat dan penggunaannya oleh manusia), Albert Einstein dengan penemuan rumus Bom Atom (E=mc2) dalam pernyataannya tak menyangka bahwa rumusnya akan membawa malapetaka bagi dunia sekarang. Terbukti begitu dahsyatnya Bom Atom menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki. Kemajuan teknologi tidak mensyaratkan sepenuhnya alasan-alasan kemanusiaan namun hanya melihat dan mempertimbangkan kepentingan golongan, bangsa atau negara-negara tertentu saja (terutama negara adidaya). 

Betapa kita dapat menyaksikan "kemajuan" yang sebenarnya hanya kekejaman. Dinamit ditemukan oleh Alfred Nobel (sosok kontradiktif yang menyeru perdamaian juga sebagai sosok yang bertanggung jawab atas banyak kematian), setelah sebelumnya ayahnya; Immanuel Nobel dikenal sebagai insinyur penemu ranjau peledak kapal selam. Alfred merasa bersalah telah menemukan peradaban yang salah atas nama kemajuan, inilah modern yang selama ini kita berada di dalamnya. Bagaimana mungkin kemajuan yang dipuji-puji manusia modern hanya memusnahkan peradaban manusia itu sendiri dengan alat atau temuannya? Kita masih punya waktu (relatif pendek) untuk memikirkan kembali orientasi kemajuan atau bentuk peradaban seperti apa yang ingin dan akan dibentuk di masa yang akan datang. 

Kemajuan informasi saat ini meniscayakan setiap orang untuk mampu menguasai dan mempelajari bidang kehidupan tertentu dengan bertarung di atas arena kompetisi (Battle of Competition). Dunia menyuruh kita untuk terus berkompetisi dan berinovasi tentang materi semata (consumtive material) sehingga kita kemudian sadar bahwa modernisme hanya menguntungkan dan me-modern-kan pemodal dan pengusaha. Apakah modernisme juga telah membawa perubahan (modern) bagi kaum marginal (miskin dan tak punya)?. 

Jika kita melihat secara ekonomi bahwa pembagian kekuatan dan kekuasaan tidak merata kepada manusia modern yang bertali hidup di dalamnya. Begitupun secara sosial, membentuk kasta-kasta struktur masyarakat yang terlampaui berbeda (sekat) antara kelas-kelas sosial yang hidup di masa modern sekarang. Secara tidak cermat untuk menyadari bahwa kita terhegemoni oleh sistem non-simetris peradaban (peradaban tak seimbang dan merata) oleh bangsa-bangsa dan golongan pemilik kekuatan dan kekuasaan. Manusia modern tertuntut untuk hanya memikirkan inovasi, motivasi, dan  penemuan materi agar dapat memenuhi "kebutuhan" modern tanpa lagi berpikir apakah kebutuhan dan keinginan-keinginan materi tersebut telah cukup atau takkan pernah cukup baginya. Oleh sebab itu kuasa akal kemudian berdiri dengan tak punya rival lagi berbicara dan membentuk masa depan sendiri menurut rasionalitasnya dengan bekerja dan menerapkan secara terus menerus slogan atas nama "peradaban" dan "kemajuan" kepada manusia modern.

Idealisme yang telah dipelajari dengan panjang lebar yang didapat dalam pendidikan dan institusi-institusi modern melekat dan menggerakkan manusia hanya untuk bertarung (compete) dan cenderung meng-individualitas-kan kepentingan dan logika sendiri di atas nilai-nilai kemanusiaan. Kita kemudian tiba pada pertanyaan; apakah manusia "dihidupkan" modernisme atau sebaliknya, modernisme "menghidupkan" manusia?. Pertanyaan yang tak bisa hanya dijawab oleh akal dan hingar bingar bising kesibukan materialisme bukan pula semata oleh filsafat rasionalisme modern, justru kita juga membutuhkan atensi (perhatian lebih) kepada hati dan keimanan sebagai instrumen membangkitkan kembali nilai-nilai kemanusiaan dalam memproyeksi masa depan umat manusia; kemanusiaan yang bukan tercemar dan tergoda oleh materi dan kekuasaan, bukan pula nafsu kepentingan sesaat dan kepalsuan.

Oleh: Muhammad Syarif Hidayatullah (President of Salaja Pustaka Indonesia)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Modernisme dan Postmodernisme: Manusia Dihidupkan atau Modernisme Menghidupkan"