Selamat Datang di Guru Merdeka

Selamat Datang di Guru Merdeka

Problematika Mahasiswa


Mahasiwa rutunitasnya datang dan mendengarkan ceramah dosen. Itulah yang menjadi kebisaan mahasiswa. Datang belajar kepada sumber ilmu yang hidup, yang terkadang kita kaku melihat superioritasnya. Mereka hanya sumber kebenaran yang nyata. Tidak mau menerima bantahan dan mematikan daya nalar kritis mahasiswa. Kami pernah mendengar, mengapa kamu selalu bertanya, sekalian kamu sendiri yang gantikan aku bicara di depan kelas. Ini adalah kata-kata yang membuat mahasiswa terpaksa menerima apa saja yang dikatakan sang guru atau dosen. Mereka terpaksa menerima itu karena ada ketakutan akan nilai terancam atau ana pindah kelas. Seharusnya seorang guru yang bijak jika anda benar-benar tahu katakan anda tidak tahu. Jangan mevonis mahasiswa dengan kata-kata yang bisa mematikan daya kritis mereka.
Datang kekampus juga terkadang membuat kami bingung. Mengapa tidak, setiap awal-awal semester. Setelah keluar jadwal itu baru aktif setelah dua  sampai tiga minggu setalahnya. Dan tambah membingungkan lagi karena jadwal itu keluar melalui internet yang tidak mencantumkan nama dosen yang mengajar. Sehingga kami mahasiswa kami banyak menanggung kerugian waktu, materi dan tenaga. Kami datang ke kampus dengan jadwal yang telah ada, namun dosen yang bersangkutan tak ada yang muncul. Sementara tidak sedikit dari segi materi kami korbankan, datang denga pemebeli bensin yang tidak sedikit, yang seharusnya di gunakan pembelian tahu atau tempe untuk khidupan kami di makassar yang mahal atau menabungnya untuk membeli buku.
Teman-teman juga terkadang merasa acuh terhadapkebiasan dosen yang tidak disiplin itu. Mereka juga asik bercanda dengan waktu-waktu yang kosong, yang seharusnya mereka untuk membaca buku atau diskusi-diskusi kcil diluara spesialaisasinya atau lebih menambah pengetahuan mereka dengan menediskusikan apa yang menjadi spesialisasinya.
Aku juga bingung ketika akhir semester, setiap mahasiswa sibuk mengurusi kartu rencana studynya dengan berdesak-desakan. Mereka melakukan itu karena ada kenginginan yang selalu menjadi kebiasaan mahasiswa yaitu pulang kampung. Sementara seteah ada di kampung hanya tidur yang mungkin mereka lakukan, atau mereka merasa gengsi dengan identitas mereka sebagai mahasiswa yaitu orang-orang yang berilmu pengetahuan. Namun, ketika kami melihat mereka tidak ada bedanya dengan mahasiswa dengan yang bukan mahasiswa. Bahkan penilanku yang buakan mahasiswa lebih bagus dari pada yang bukan mahasiswa.
Mahasiswa banyak yang hedonis. hedonisme banyak yang nimpa kalangan mahasiswa, terutama di kalangan mahasiswa yang merasa bercukupan. Mereka datang kempus dengan penampilan ala artis atau selebritus. Makan dengan makanan ala resto. Pakaian serba mahal alias bermerk. Namun dari segi ilmu pengetahuan bahkan dari segi spesialisasinya sangat minim bahkan mereka takut dan ragu utnuk mengaplikasikan ilmunya kepada masyarakat. Banyak diantara mereka ketika Sekolah menengah mereka rajin ke mesjid. Namun ketika mereka menginjak lingkungan kampus mereka jauh dari lingkungan mesjid. Sehingga ketika mereka pulang kampung mereka malah menjadi bahan pembincaraan masyarakat dalam hal negatif.
Kemudian, tidak banyak diantara mereka tidak memperlihatkan sifat ketawduan sebagai orang yang berilmu.seharusnya mereka justru harus menjadi pencerah bagi masyarakat yang tidak mengenyam pendidikan tinggi dan menjadi contoh bagi yunior-yuniornya yang mau melanjutkan studynya dalam jenjang yang lebih tinggi. Tetapi, justru malah menjadi orang-orang yang tidak memiliki kelebihan di mata masyarakat. Bahkan menjadi, sampah dengan kesombongan-kesombongan mereka. Memperlihatkan kecongkakan-kecongkakan tentang biaya yang mereka gunakan sehingga masyarakta yang mau melanjutkan sekolah anaknya ketingka tinggi merasa ragu dan takut akan biaya yang mesi ditanggung alih-alaih tak mampu membiayainya sehingga banyak siswa yang putus harapan. Ini penyakit yang mesti dihilangkan di mata masyarakat, dengan cara menjadikan kita sebgai pribadi-pribadi intelektual yang bertakwa dan berguna secara langsung terhadap masyarakat walaupun itu hanya sebatas niat.
Selanjutnya, lebiha parah lagi ketika setelah selesai pendidikan tinggi. Banyak diantara mereka yang tidak mau bersusah payah dengan realitas kehidupan mereka hanya serba enak dan instan. Mereka hanya mau menikmati yang langsung enak tidak mau menikmati pahitnya perjuangan. Mereka langsung mau menjadi pns tanpa melalui regulasi yang ada dengan menggunakan cara apapun asal jadi, meskipun puluhan juta yang melayang asal lolos. Nah, ini kemudian menjadikan juga keraguan bagi masyarakat karena memandang sekolah yang tinggi itu sangat susahkemudian ketika akan menjadi ukuran kesuksen masyarakat yaitu pns. Maka, merekapun menjadikan anak mereka korban akibat dari kesalah berpikir mereka. Seharusya seorang mahasiswa harus kreatif tidak mesti menunggu atau berambisi untuk pns krena bukan jalan itu kita di jamin akan menjadi kaya. Dan harus menyadarkan masyarakat bahwa ukuran kesuksekan itu bukan identitas PNS, tapi mereka kreatif, dan berguna langsung terhadap masyarakat. Kemudian msayarakat juga harus sadar bahwa menjadi pegawai itu bukan kekayaan yang di cari tapi pengabdian, dan menuntut ilmu ke jenjang yang lebih tinggi itu bukan jalannya yang utama untuk mencari rseki yang banyak alias kaya tetapi utnu mengangkat  derajat orang yang bersangkutan terhadap ilmunya. Kalau anda mau menjadi kaya jalannya adalah berdagang, jadilah orang-rang yang duduk di pemerintahan yang menkorupsi uang rakyat.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Problematika Mahasiswa"