Selamat Datang di Guru Merdeka

Selamat Datang di Guru Merdeka

Khawatir



Siang ini aku terasa lapar, dan akupun meninggalkan sementara rutinitasku sebagai mahasiswa. Aku mengambil panci dan mencucui beras didalam kamar mandi. Tapi pikiranku menerawang jauhh menembeus tembok bangunan kamar mandi, rumah,  dan gedung-gedung menjulang tinggi erta gunung-gunung pembatas kejauhanku dengan ibuku.
Aku terpikir apa yang dilakukan sekarang disiang yang terik ini. Apakah di sementara sibuk  dibawah terik matahari yang ekstreme atau barangkali sibukk mengurusi bintang piaraannya. Atau mereka berdua sementara asyik berdiskusi didepan televisi sambil menikmati teh panas dan beberapa pisang goreng. Asyik bercerita tentang anaknya yang telah sukses.
Tapi Aku khawatir tidak bisa memberikan yang terbaik apa  yangmereka harapkan. Msekipun, mungkin Dia hanya berharap bisa melihat Aku berdiri diaatas podium mengenakkan toga  beserta berbagai macam ornamen-ornamen sebagai tanda orang yang berilmu. Tapi, bukan itu yang aku harapkan, tapi melebihi dari itu. Bisa melanjutkan study  yang lebih tinggi. Disamping itu, bisa sukses dalam hal pekerjaan.
Yah mungkin itu hanya kekhawatiranku saja.  Sementara, disekitarku berjalan normal.  Itu hanya kekhawatiran-kekhawatiran tapi  semuanya hanya menikmati jalannya kehidupan. Seperti roda-roda gerobak dan air yaang mengalir mengikuti arus yang mengalir  mengikuti arus kemana mereka berakhir. Tapi, aku ingin tidak seperti  itu, kalau aku tidak bisa melawan arus, paling tidak aku bisa memberontak  dan mengalirkan sedikit air itu bukan pada arus yang biasa dilewati oleh sebagian air itu.
##
Mangasa, Nopember 12 2012 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Khawatir"