Selamat Datang di Guru Merdeka

Selamat Datang di Guru Merdeka

Kebahagiaan Kimiawi

bukan tujuannya yang membuat kita bahagia melainkan perjalanannya" kata sebagian orang. Itu yang membuat saya berfikiran bahwa dalam penilaian dalam pembelajaran lebih mementingkan proses daripada hasilnya namun kita lebih mudah menilai hasilnya karena itu yang mudah dilihat dan durasi waktunya tidak lama "sebentar" saja. Bila  dibandingkan dangan prosesnya membutuhkan rangkaian waktu yang panjang.

Makanya Epicurus mendefenisikan kebahagiaan sebagai kebaikan tertinggi dan menganjurkan murid-muridnya untuk bekerj keras, karena kerja keras membawa kebahagiaan.
Ketika kita makan lebih enak/mengenakkan daripada ketika kita sudah berhenti makan alias kenyang. Memanjat puncak Everest  lebih memuaskan daripada saat berdiri di puncaknya. Bercumbu dan pemanasan lebih menyenangkan ketimbang saat mencapai orgasme. Menyenangkan ketika belajar keras untuk lulus PG( nilai ambang batas) dibandingkan ketika sudah berpakaian dinas. Maka, banyak yang merasa gajinya tidak cukup ketika PNS dibandingkan ketika pekerjaan sebelumnya. Lebih menyenangkan ketika berproses membangun rumah ketika sudah jadi untuk ditempati.

Itu semua kebahagian yang didasari atas materi. Kebahagian yang dibangun atas kepuasan mata, telinga, rasa, seks dan semua yang merasakan secara langsung pengindraan. Pada hal sesuangguhnya itu suatu reaksi badai sensasi dalam diri Anda. Rasa ingin merambat naik dan turun di tulang belakang, gelombang listrik menjalari  seluruh tubuh Anda, dan terasa seakan akan anda larut dalam jutaan bola energi  yang meledak. Energi itu berasal dari reaksi biokimia seperti serotonim, dopamin, dan oksitosin. Makanya ada adagium yang mengatakan kebahagian itu kita sendiri menciptakan.

Gowa, 10 Januari 2019
#Janganlupabahagia
#kimiakebahagian

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kebahagiaan Kimiawi"