Selamat Datang di Guru Merdeka

Selamat Datang di Guru Merdeka

Ziarah

Sudah menjadi tradisi pada setiap pasca lebaran bukan hanya rumah orang yang hidup menjadi tempat untuk "massiarah" tetapi juga orang yang sudah mendahului kita semua. Mereka mengunjungi kuburan sebagai bentuk silaturahmi atau berbagai bentuk alasan untuk berziarah. Ada yang menjadikannya sebagai dua kesempatan untuk bertemu keluarga disekitar kampung itu sekaligus untuk mengunjungi orang terdahulu yang telah lama mendahului mereka. Ada pula yang menjadikan kesempatan itu sebagai bentuk hajatan setiap tahunnya sebagai bentuk rasa syukur mereka terhadap perjalanan karirnya. Dan ada pula sebagai bentuk tindak lanjut dari penyucian jiwa mereka pasca berzakat fitrah di bulan suci ramadhan, dimana dengan mengunjungi kuburan akan mendekatkan diri pada Tuhan bahwa kematian akan senantiasa menghampiri.

Ziarah kubur dan lebaran suatu hal yang tak bisa dipisahkan bagi tradisi di tanah Bugis-Makassar. Hampir setiap tahun ramai kuburan itu dikunjungi dan diziarahi, baik itu pasca shalat Idul fitri maupun  pasca shalat idul adha. Tapi kebanyakan banyak yang berkunjung pasca idul fitri. Ini tidak ada tuntunannya(Waktu) dalam petunjuk Nabi bahwa setiap lebaran di sunnahkan untuk berziarah ke kuburan. Tetapi, Nabi menyunnahkan untuk sering-sering mengunjungi kuburan untuk mengingat kematian.


Essensi daripada ziarah kuburan adalah mengingat kematian. Dimomen lebaran untuk menziarahi kuburan adalah sudah menjadi tradisi tahunan. Sehingga, jangan sampai esensi daripada ziarah kubur itu hilang yakni mengingat kematian,mengingat akan singkatnya umur, pendeknya waktu yang diberikan kepada kita, dan menghancurkan segala kenikmatan sesaat yang kita rasakan, rezeki yang melimpah, jabatan yang kita duduki, itu akan sirna jika mengingat kematian.

Pagi ini saya, adik, ibu beserta seorang guru  menziarahi kuburan keluarga dari Ibu dan Bapak beserta Anak dan Cucu mereka. Pagi ini betul-betul sepi tidak seperti biasanya pasca lebaran. Sewaktu kecil ketika lewat di kuburan itu, tanah kuburan itu masih lapang dan masih jauh dari jalanan, sekarang tanah itu sudah hampir penuh dan menyerempet jalanan, betapa singkatnya waktu mengambil orang-orang terdekat kita, tanpa pandang umur muda maupun tua apalagi kaya dan miskin, sehat maupun sakit-sakitan itu tak mengenal kondisi, jika waktunya pulang maka Anda harus pulang.

Sepanjang taburan bunga dan air itu, air mata seorang ibu pun meleleh sambi mengeluarkan suara tangis yang ditahan. Berpindah dari kuburan satu ke kuburuan lainnya, berpindah dari tempat pemakaman keluarga Ibu ke keluarga Bapak matanya masih merah sambil dilap dengan kerudungnya yang mulai basah. Sementara adik saya masih saja mengingatkan untuk menahan diri. Saya sempat bertanya pada ibu saya ketika hendak meninggalkan kuburan itu " ma... kenapa kamu menangis kuburan sana(keluarga ibu)"? Dia jawab sambil air matanya semakin deras " karena orang tuaku sudah tidak ada lagi, tidak ada lagi  tumpuan saya, tidak ada lagi yang menjadi dituakan" terus saya tanya lagi " di kuburan sini(keluarga bapak beserta anaknya) kenapa menangis"? Dia jawab dengan semakin derasnya air mata " karena anaku ada disini, saya masih mengingat bagaimana masa hidupnya begitu merasakan kesakitan". saya baru menyadari mengapa nabi menyunnahkan kita untuk senantiasa mengunjungi kuburan untuk mengingat kematian. Salah satu untuk mengingatkan kematian itu adalah orang-orang yang telah lebih dulu meninggalkan kita, orang-orang yang secara emosional sangat dekat dengan kita, orang-orang terdekat kita yang mendahului kita akan menstimulisasi ingatan kita akan keberadaan mereka ketika masih hidup.

Saya teringat petuah kiyai Cak Nun( Emha Ainun Najib) bahwa "kan ini bukan kamu? Badanmu itu bukan 'Rumahmu' ini 'rumah(kuburan)' kecilmu kemudian kamu mempunyai 'Rumah' lebih itu keluargamu kemudian kamu punya 'Rumah ' lebih besar lagi, masyarakatmu, bangsamu, ya kan gitu? Ini bukan kamu, itu ' Rumahmu' kalau kamunya bukan ini. Makanya Rasulullah masih ada meskipun Rumahnya sudah tidak ada. Bung karno masih ada sampai sekarang tapi rumahnya aja yang tidak ada, 'rumahnya ' sudah menyatu dengan tanah. Tapi bung Karno masih ada, berarti bung karno bukan di gambar-gambar itu, gambar-gambar itu hanya untuk mengingatkan mengenai bung Karno tapi bukan dia Bung Karnonya. Kalau kita mempelajari itu semakin mendalam, maka in sha Allah kita akan menjadi manusia kerdil ditengah Dunia.


Malimongeng, 17-6-2018

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Ziarah"