KAMPUS ISLAMIKAH
“ SELAMAT DATANG DI KAMPUS ISLAM”, begitulah tulisan yang indah menempel di dinding salah satu sudut kampus. Kampus yang visi dan misinya bernafaskan islam. Tapi benarkah kampus ini berorientasi islami dalam pengaplikasiannya. Atau mungkin sudah melenceng dari garis horisontal, menjadi garis-garis bercabang.
Selamat datang dikampus islami, ini senantiasa tertanam dalam pikiranku. Seakan aku sudah terdoktrin dengan kata-kata itu. Tapi hatiku selalu memberontak, dengan apa yang terjadi di lapangan. Bagaimana tidak, setiap tahun ada penerimaan mahasiswa ribuan orang sementara yang menjadi alumni hanya ratusan orang. Dan, ruang kelas yang akan digunakan terbatas, sehingga mahasiswa dipaksa kuliah malam. Tapi bagus juga bagi yang punya pacar, karena setelah mereka kuliah di kelas dengan dosennya. Merek melanjutkan kuliahnya, diruang yang gelap, atau bisa saja mereka langsung pulang bersama pacarnya ke kosnya atau cari kamar kosong. islamikah?. Bagi yang tidak memiliki pacar merupakan rutinitas yang berat, yang harus di lalui.
Perempatan lorong kampus penuh mahasiswa dengan berbagai aktivitasnya. Ada yang bercanda, bersenda gurau bagaikan terlupa dengan identitasnya. Sebagian duduk-duduk di atas kursi, dan yang lain berdiri. Bahkan ada yang duduk berdampingan, dengan lawan jenisnya. Laki-laki duduk dikursi dan perempuannya duduk dimeja kursi dekat pangkuan laki-laki. Ada juga yang nakal-nakal, mencubit, memeluk, dan berpegangan tangan. Inikah islami? Ini tak berakhlak, ini tak bermoral, dan tak beretika. Kasihan perempuan seperti itu saudaraku, aku tak melihat perbedaan antara kampus dengan rumah bordil atau Bar.
“ berapa pembayaran diktat,untuk kuliah ini? Tanya seorang teman.
“enam puluh ribu” jawab aku.
“sudah berapa kali, bapak masuk di kelas mengajar? Lanjutnya.
“baru tiga kali, dan minggu depan kita akan final. Tapi itu diktat saja yang kita kerja, baru kita kumpul dan tanda tangan berita acara.”
Mudahnya orang kuliah. Sungguh lucu kampus ini, katanya amar ma’ru nahi mungkar, memiliki tanggung jawab, beretos kerja. Tapi apa, itu hanya omong kosong, hanya tulisan diatas kertas dan retorika tidak ada realisasi. Bukankah ini bentuk sikap munafik atau aku katakan saja kampus munafik. Wahai para calon guru, guru, dosen yang manakah disiplin itu? Apakah dikatakan disiplin itu baru datang mengajar ketik lima belas menit, setelah waktunya berakhir. Atau kami terus menunggu sampai berjam-jam, seakan-akan pantat ini akan mengeluarkan akar-akar tunggaldan serabut. Mata memerah dan tertidur diatas kursi. Meniup rokok, sambil mengetuk kursi dan bernyanyi. Tempat karaokea ya...
“ ini saya punya jatah, dua orang. Setiap orang berbeda yang harus mereka bayar, tergantung apa jurusannya”...........
“saya punya keluarga di dalam sana”
“ saya punya adik, daeng. Bisa anda bantu aku meloloskan ini?”
Sejenis kata ini sering muncul ketika musim penerimaan mahasiswa baru. Bukan hanya pada kampus islami, tapi juga yang umum. Tapi yang mengherankan ketika kampus yang bertitelkan islam, kemudian sering muncul kata-kata seperti itu. Ini merusak sistem pendidikan kita, Jadi jangan harap negara ini akan baik jika mesin pencetak generasinya sudah rusak. Maka , hasil cetakannya pula pasti akan sama dengan hasilnya yang akan datang.
Mangasa,
22 desember 2011
0 Response to "KAMPUS ISLAMIKAH"
Posting Komentar