Paradoks Masyarakat Papua
Hai sahabat fridom.... kali ini saya akan bercerita tentang pengalaman teman saya yang sama-sama guru SM3T, dia adalah satu penempatan kabupaten namun beda distrik(kecamatan). Sore itu dia sedang datang di posko induk, kebetulann yang menjadi posko induk untuk Kabupaten Mansel adalah poskoku karena lumayan luas. Kami sedang bersantai dibawah pohon jambu samhil bercerita tentang pengalaman pertamanya disana. Saya tanya " apakah cerita ini benar-benar terjadi"? Dia jawab "iyya"...nah baik sahabat fridom, ceritanya seperti ini..
Perlu diketahui sahabat fridom.. bahwa ini daerah TERPENCIL tidak ada listrik dan internet. Namun ketika ulai masuk intenet di daerah itu semua warga akan bertanya-tanya apa itu internet? Ada satu rumah tangga, bertetangga dengan tempat pemasangan internet kecamatan. Pada malam harinya antara suami dan istri tersebut bercerita dan bercengkrama di dalam kamar. Namun, ketika sang suami mengajak melakukan hubungan badan(maaf, perlu disensor untuk yang belum dewasa 😀), spontan sang istri menolak ajakan sang suami bukan alasan halangan atau sakit. Tapi, siang-siangnya sebelum dipasang antena satelit internet, sang istri telah bercerita dengan para teknisi jaringan bahwa internet itu alat mendapatkan informasi hampir sama televisi kita bisa mencari dan melihat apa saja yang ada didalamnya. Kemudian, sang istri ini bertanya kepada para teknisi
"Mengapa antena ini diputar-putar?" Tanya sang istri.
"Supaya mendapatkan jaringan atau gambar kayak televisi" jawab teknisi itu.
Dengan asumsi seperti itu sang istri tadi spontanitas menolak ajakan untuk melakukan hubungan badan karena takutnya sang istri, para tetangga bisa dilihat ketika berhubungan bdan, lagian parabola itu menghadap keluarga tadi ini.
Maka, sang suami marah " wah... kenapa dipasang barang seperti itukah, apakah karena pemerintah ingin melihat kita berhubungan badan 😲"? Maka keesokan harinya, sang istri pergi pagi-pagi sekali sekali untuk antena itu diputar menghadap ke arah yang lain. Maka, para teknisi dan warga disekitar antena itu kaget melihat antena tersebut.
Abresso, 19 Mei 2015
0 Response to "Paradoks Masyarakat Papua"
Posting Komentar