Perkenalan dan Jiwa Enterpreneurship
Setiap
memulai hal yang baru pasti akan terasa berat jika dalam pertemuan itu kita
tidak bisa melakukan hal yang mengesankan. Maka, aku berusaha memperkenalkan
namaku bersama dengan teman sepengabdianku yaitu Bu Ani dan Pak Qadri. Satu
persatu kami memperkenalkan diri dengan guru-guru SMP YPK dimana mereka
terlihat garang dan menakutkan. Pertama, perkenalan dimulai dari kiri bu
santri kemudian pak Qadri, sambil
memperkenalkan dengan suara yang kaku. Setelah itu perkenalan itu tibalah
saatnya saya untuk memperkenalkan diri.
Kataku “ perkenalkan nama saya Kasmin Irwan, biasa dipanggil Kasmin, Asal
daerah Bone, Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Alumni Universitas Muhammadiyah
makassar”. Tanpa terasa perkenalan terus berlanjut kepada Dewan Guru yang
terihat garang itu.
Satu
persatu memperkenalkan diri Nama dan guru mata pelajaran yang di ajarkan.
Namun kami merasa apa yang saya rasakan
terhadap raut muka mereka yang menakutkaan itu tidak sesuai dengan suaranya
yang penuh dengan canda tawa dan sikap terbuka mereka. Sampailah pada
perkenalan terhadap guru laki-laki yang hitam dan keriting rambutnya dan
mulutnya memerah dengan buah khas papua. Seorang guru perempuan
memperkenalkannya “ Dia punya nama Edward Kawei biasa dipanggil Pak Edu, dia
itu kalau ada yang dia bilang atau ketawa besar-besar maka anggaplah biasa
karena dia memang begitu, itu sudah menjadi biasa disini, fine-fine saja”
sambil tersenyum.
Kemudian
kami lanjutkan dengan perbincangan santai sambil perkenalan yang lebih dekat.
Ada yang bertanya tentang keahlian serta mata pelajaran apa yang bisa
diajarkan. Kebetulan di sekolah itu ada pelajaran TIK, maka saya ajukkan diri
untuk mengajar TIK. Kemudian Pak Edu bertanya” Siapa yang bisa mengajar TIK?.”
Maka
saya bilang “ saya Pak”.
Terus dia bilang “ Kamu bisa perbaiki
Komputer?”.
Aku
jawab dengan sedikit ragu “ Bisa pak, itupun cuman bisa install, tapi kalau
bongkar-bongkar kurang berani. Kecuali laptop saya sendiri saya berani”?
Terus
dia balas “ Itu bagus, kamu bisa buka konter perbaiki computer disini, karena
disini belum ada tempat perbaiki seperti itu, orang-orang disini kalau laptop
mereka rusak maka mereka bawa ke kota provinsi Papua Barat”.
Maka
aku bilang dengan penuh semangat “Iyya Pak nanti saya coba”.
Berangkat
dari pembicaraan itu, jiwa enterpreneurshipku mulai tumbuh didaerah rantauan.
Malamnya aku terus berpikir tentang usaha apa yang bisa dikembangkan di daerah
3T, karena dari pengalaman guru-guru SM-3T jilid 1-3 penuh dengan cerita dan
pengalaman bertahan hidup dengan mengembangkan usaha kecil-kecilan demi untuk
menghemat gaji yang sederhana dari DIKTI itu. Besok kami datang ke sekolah,
kemudian pembicaraan dilanjutkan lagi tentang bisnis sambil menyelipkan
pandangan – pandangan kami terhadap rasa penasaran tentang Papua yang
menakutkan yang pada kenyataanya terbalik 180 derajat pada faktanya.
Sambil
saya bertanya tentang keadaan siswa, pak Edu senantiasa bercerita tentang
bisnis dan profesinya sebagai guru Honorer di SMP YPK dan bagaimana sehingga dia
bisa jadi guru Honorer padahal latar pendidikannya adalah sarjana ekonomi.
Kemudian pembicaraan melebar terhadap pekerjaanya sekarang dan bisnisnya sampai
pada alasannya jika mereka terlambat datang mengajar karena mengurusi bisnis
coklat, dimana setiap pagi harus menjemur coklat sebelum ke sekolah mengajar.
Selanjutnya, mengkomporiku dengan jiwa bisnisnya yang menggebu-gebu. Dia
berjanji akan membuatkan Papan nama di depan rumah jika rumah baru yang akan
ditempati telah siap untuk dihuni.
Satu
minggu aku menunggu untuk membuka bisnis perbaiki laptop atau komputer itu.
Setiap hari aku senantiasa berpikir bahwa bisnis ini sangat menjanjikan. Saya
selalu mendesak dan bertanya kepada dewan guru SMP YPK dan teman SM-3T tentang
kapan kita akan pindah ke rumah baru itu. Dewan guru hanya bilang sabar-sabar
dulu. Begitu juga teman SM3T katanya “Sabar saja dulu, hehe… kamu tidak sabar
lagi ya untuk membuka bisnis? Aku bilang “ iyya”.
Setelah
pindah ke rumah baru itu, hari kedua saya langsung buat papan nama digantung
didepan Rumah tulisannya Seperti ini “ Menerima Instal Laptop/Computer”.
Sebelum selesai papan nama itu, pelanggan pertama saya adalah Laptop Kepala
Sekolah dimana saya mengajar. Namun, proyek pertama saya gagal saya perbaiki,
selama dua hari laptop itu saya simpan dirumah untuk kuperbaiki namun tetap
gagal. Maka saya mulai ragu dengan
kemampuan saya untuk memperbaiki/instal laptop. Maka, saya terus berpikir bahwa
laptop ini bukan untuk di install tapi hardisknya yang rusak, beruntung saya
memiliki pengalaman ketika notebook saya rusak, laptop itu memiliki penyakit
yang sama. Maka, hari esoknya kepala sekolah itu membawanya ke tempat jual beli
laptop dan memperbaikinya disana dan memang ternyata apa yang menjadi dugaan
saya benar, hardisknya langsung diganti. Maka, terjawablah sudah apa yang
menjadi dugaan saya. Kemudian, hari selanjutnya seorang guru juga membawakan laptop
kepada saya, katanya dia punya laptop sudah empat bulan tidak pernah menyala.
Dia tidak pergi perbaiki karena berbagai
alasan katanya tempatnya terlalu jauh, kemudian biasa laptop itu disimpan
berhari-hari serta biaya yang sangat mahal. Besoknya, laptop itu kami bawakan
ke sekolah. Dia begitu gembira dan heran dengan rasa terima kasih.
Hari
ke empat papan nama itu saya mulai memasang dengan sangat sederhana. Tidak begitu
mencolok hanya papan biasa dengan
tulisan warna putih. Kemudian di depan rumah pula penuh dengan rumput-rumput
alang yang tinggi menghalangi tulisan tersebut.
Meskipun, terhalang dengan rumput Ilalang bukan berarti menghalangi
pandangan mata para pelanggan untuk datang ketempat yang sederhana itu. Hampir
setiap hari, saling bergantian computer keluar masuk dibalik papan nama yang
sederhana itu, dia adalah malaikat kecilku yang membuat hati orang tuaku juga
merasa bangga mendengarkan cerita hidupku di daerah 3T dengan penuh jiwa
kreatifitas dan entrepreneurship.
Malam
yang sunyi di Abreso, 19 Oktober 2014
0 Response to "Perkenalan dan Jiwa Enterpreneurship"
Posting Komentar